Agam Wispi's profile

Agam Wispi

1930 - 2003

Lahir di Pangkalan Susu, Medan, Sumatra Utara, pada 31 Desember 1930. Menulis sejak kelas tiga SMA Pembaruan yang didirikan oleh Bakri Siregar, puisi-puisinya mulai diterbitkan harian Pendorong, bersamaan dengan dimulainya karir kewartawanan Agam di sana. Salah satu puisi tersebut, “Matinja Seorang Petani”, mengabadikan peristiwa pentraktoran ladang di Tandjung Morawa yang menewaskan seorang petani, L. Darman Tambunan. Pada 1957, Agam Wispi diterima sebagai anggota Lembaga Kebudajaan Rakjat dan dipercaya menjadi redaktur lembar kebudayaan Harian Rakjat, Djakarta, dan sempat mengenyam kursus jurnalistik di Berlin, Jerman Timur, antara 1958-1959. Bulan Mei 1965, Agam ditugaskan ke Vietnam untuk menjadi koresponden perang Harian Rakjat, dan bergabung dalam delegasi Indonesia untuk perayaan ulang tahun kemerdekaan ke-16 Republik Rakjat Tiongkok. Perubahan situasi politik pascakegagalan Gerakan 30 September 1965 mengakibatkan pencabutan kewarganegaraan Agam, yang meneruskan sisa hidupnya dengan bermukim di Jerman Timur (1973-1978) dan Belanda hingga tutup usia pada 1 Januari 2003.